Sabtu, 09 November 2013



MUHARRAM
BULAN Muharram atau yang lebih dikenal masyarakat Jawa dengan nama bulan Syuro adalah bulan pertama dalam kalender hijriyah. Tahun ini bulan Muharram jatuh pada tanggal 05 November 2013. Bulan Muharram memiliki keagungan yang sangat tinggi dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, bukanlah bulan yang mendatangkan bala (bencana) atau bulan sial, sebagaimana dipahami masyarakat awam.
Bulan ini adalah bulan di mana Allah muliakan dan Rasulullah serta para sahabatnya mengagungkannya. Sepatutnya juga kita mengagungkan bulan ini dengan meningkatkan  ibadah dan amal shalih, baik secara kuantitas dan kualitas.
Di dalam syariat Islam telah dijelaskan kemuliaan/keagungan bulan Muharram. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. AT Taubah: 36)
Empat bulan suci tersebut adalah bulan Dzulqo'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Sebagaiman sabda Rasulullah yang artinya :
السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
"Satu tahun itu ada 12 bulan. Di antaranya ada 4 bulan haram, yaitu 3 bulan berturut-turut, Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram serta Rajab yang berada di antara bulan jumada dan sya'ban." (HR. Bukhari no 2958).
Al Qodhi Abu Ya'la rahimahullah mengatakan, "Di namakan bulan haram Karena ada 2 alasan.Pertama,  karena diharamkan pembunuhan pada bulan tersebut sebagaiman hal ini juga diyakini orang jahiliyyah. Kedua, karena pelanggaran untuk melakukan berbagai perbuatan haram pada bulan tersebut lebih keras dari pada bulan-bulan lainnya. (lihat Zadul Maysir, Ibnu Jauziy).
Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma menjelaskan tentang firman Allah surah at-taubah ayat 36 di atas, "Allah menghusukan 4 bulan yang haram dan menegaskan keharamnnya. Allah juga menjadikan dosa pada bulan tersebut lebih besar. demikian pula pahala amal saleh pada bulan tersebut juga menjadi lebih besar. 
Sangat disayangkan sebagian kaum muslimin masih percaya dengan berbagi mitos tentang bulan suro. misalnya, masih banyak yang takut mengadakan acara pernikahan di bulan suro dengan alasan bisa mendatangkan sial, seperti perceraian, dililit utang, atau yang lain. ada yang takut bepergian jauh di bulan suro dengan alasan bisa mendatangkan sial, seperti kecelakan, kematian, kerugian, atau yang lain. mereka menunda aktivitasnya ke bulan yang lainnya.
Semua ahli tafsir sepakat bahwa empat bulan yang tersebut dalam ayat di atas adalah Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharram dan Rajab.
Ketika haji wada’ Rasulallah bersabda : Dari Abi Bakrah RA bahwa Nabi bersabda: “Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut; Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharram dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).
Dalam hadist di atas Nabi SAW hanya menyebut nama empat bulan, dan ini bukan berarti selain dari nama bulan yang disebut di atas tidak suci, karena bulan Ramadhan tidak disebutkan dalam hadist diatas. Dan kita semua tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kesucian, ada Lailatul Qadar (malam kemuliaan), juga dinamakan dengan bulan rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka.
Ibnu Rajab al-Hambali ( 736 – 795 H ) mengatakan, Muharram disebut dengan syahrullah(bulan Allah) karena memiliki dua hikmah. Pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharram. Kedua, untuk menunjukkan otoritas Allah SWT dalam mensucikankan dan memuliakan bulan Muharram.

Selasa, 15 Oktober 2013

Makna Yunus ayat 57



Al Quran sebagai Penyejuk Hati (Q.S. Yunus: 57)
1)Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu 2)pelajaran dari 3)Tuhanmu dan 4)penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan 5)petunjuk serta 6)rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. Yunus: 57)

1)      Hai Manusia bermakna semua manusia, setiap manusia tua, muda, kaya, miskin, pria, wanita, sehat, sakit dll tanpa terkecuali, dimana saja.

2)      Pelajaran = Tuntunan = Pedoman. Pelajaran di sini bermakna tuntunan/pedoman akhlak/ karakter manusia, sikap hidup manusia di bumi ini.
Pelajaran di sini juga bermaksud sebagai pedoman manusia (orang beriman) untuk membedakan yang haq dan batil, benar-salah, untung-rugi, dan yang terpenting yaitu ‘apakah Allah meridhai kita’. Jadi Allah menurunkan wahyu Al Quran kepada Rasulullah sebagai pelajaran/tuntunan/pedoman dalam segala aspek kehidupan.

3)      Rabb/Tuhan. Jika kita dapat mencintai Allah, memperlakukan Allah sebagai Dzat yang dicintai maka kita akan memperlakukan segala pemberian/karunia Allah dengan sebaik-baiknya(secara istimewa). Jika kita beriman kepada Allah maka akan menerima segala ketetapan Allah dengan rasa syukur dan sabar. Iman adalah “ Kita mempercayai dengan keyakinan yang sungguh ”. Analogi: ‘ Jika kita sangat kehausan dalam cuaca yg teramat panas, kita mengharapkan sesuatu yg dingin dan menyegarkan misalnya es’…’, kita meyakini jika setelah kita meminum es tersebut maka dahaga kita akan hilang, meskipun kita belum mendapati es tersebut tetapi kita yakin bahwa itu akan mampu menghilangkan rasa haus dan dahaga kita’. Itulah analogi iman, meskipun kita belum mendapati janji-janji Allah tetapi kita tetap yakin pasti Allah akan menepatinya kelak suatu saat.
Salah satu cara agar kita senantiasa cinta kpd Allah adalah kita yakin bahwa Allah itu Maha Besar, sedangkat kita itu kecil jadi kita harus mencintai dan merasa rindu kepada Allah agar kita selalu dalam naunganNya.

4)      Penyembuh/Obat
Obat di sini bermakna bahwa Al Quran sebagai Obat Hati.
Rasulullah SAW bersabda: “Ingatlah dalam tunuh manusia terdapat segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik maka baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi apabila rusak, maka niscaya rusaklah pula seluruh tubuhnya. Sesungguhnya segumpal daging itu adalah Hati.” (HR Bukhari Muslim).
Hati merupakan lahan rebutan bagi malaikat dan syaitan.
Hati = Perasaan. Sebagai perasaan hati mengandung: Syahwat, Hawa nafsu, Amarah, Hiba, Simpati, dll.
Hati dapat terserang penyakit. Penyakit hati antara lain: Suudzan, Ragu-ragu, Munafik, Benci, Dendam, Iri, Dengki, dll. Untuk mengatasi penyakit hati kita perlu Obat hati yaitu Keikhlasan.
Sikap dan perilaku kita untuk menghadapi penyakit hati:
1. Kembali kepada ajaran Al Quran, Sunnah, dan Ijtihad para ulama
2. Memperdalam ilmu agama dengan benar, supaya kita mengetahui mana yang haq dan batil
 

5)      Petunjuk, bermakna AlQuran sebagai petunjuk kepada manusia dalm menjalani kehidupan agar sesuai kehendak Allah


6)      Rahmat, bermakna kasih sayang Allah kepada hambanya. Allah menurunkan Al Quran dengan berbagai kelebihan, makna, dan maksud adalah semata-mata karena cinta dan kasih sayang Allah kepada mahkluk-mahkluk-Nya yang luarbiasa besar. 

Minggu, 06 Oktober 2013

Ber-Qurban yuk!!!

Ber-Qurban yuk!!!
T
idak terasa setahun telah berlalu, juga tidak terasa telah 2 bulan lebih Ramadhan pergi. Dan kini telah tiba kembali musim haji, serta sebentar lagi akan hadir Idul Adha 1434 H atau banyak yang menyebut sebagai “Lebaran Haji”.
Tau kan apa itu Idul Adha? Kata Idul Adha artinya kembali kepada semangat berkurban. Berbeda dengan Idul Fitri yang artinya kembali kepada fitrah. Bila Idul Fitri berkaitan dengan ibadah Ramadhan, di mana setiap hamba Allah selama Ramadhan benar-benar disucikan sehingga mencapai titik fitrah yang suci, tetapi dalam Idul Adha tidak demikian. Idul Adha lebih berupa kesadaran sejarah akan kehambaan yang dicapai nabi Ibrahim dan nabi Ismail alaihimus salam. Karenanya di hari tersebut ibadah yang paling utama adalah menyembelih kurban sebagai bantuan terhadap orang-orang miskin.
Pasti masih ingat mengenai kisah Nabi Ibrahim A.S dan Ismail A.S. Dimana Nabi Ibrahim A.S hendak mengorbankan Nabi Ismail A.S demi menunjukkan tingkat ketaatan kepada Allah SWT. Dan menunjukkan tingkat kehambaan yang sejati  tidak ada lain kecuali dengan membuktikan al istijabah al fauriyyah dan shidqul istislam.

Kok bisa? Kok mau? Atau Kok rela? Sebagai seorang yang begitu beriman dan taat akan semua perintah Allah SWT selain menjadi seorang Nabi. Tentu saja Ibrahim dan Ismail bersedia melakukannya dengan perintah Allah semata,
Dan kejadian selanjutnya pasti tau kan? Yak, benar. Ismail telah ditukar dengan seekor domba oleh Allah SWT.

Coba bayangkan, ketika kita sebagai ayah atau sebagai anak yang mendapat tugas seperti kisah tersebut. Mampukah kita mencapai tingkat keimanan seperti Ibrahim dan Ismail. Saya sendiri sih juga ragu.hehe
Sekarang yang patut kita lakukan adalah meneruskan semangat keimanan Ibrahim dan Ismail dalam melaksanakan Qurban. Namun bukan itu saja yang harus kita lakukan, esensi Idul Adha bukan semata ritual penyembelihan kurban, melainkan lebih dari itu, membangun semangat kehambaan nabi Ibrahim dan nabi Islamil dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu. Sudahkah kita ber-Qurban? Atau sudah mampukah kita ber-Qurban? Mungkin diantara kita sudah ada yang pernah dan mampu ber-Qurban, baik itu dari penghasilan pribadi ataupun ber-Qurban bersama keluarga. Namun, mungkin juga diantara kita yang belum bisa atau belum mampu untuk ber-Qurban. Dan yang menyedihkan adalah ketika kita mampu namun berat untuk ber-Qurban dengan alasan masih banyak kebutuhan yang ingin dipenuhi. Padahal yang memberi dan yang memiliki itu adalah Allah SWT. Bisa jadi Allah akan melancarkan rezeki dan mencukupi segala kebutuhan kehidupan kita dengan ber-Qurban terlebih dahulu.

Mengenai besarnya pahala berqurban,sahabat Ali r.a mengatakan :"barangsiapa berangkat dari rumah hendak membeli hewan qurban,maka setiap langkahnya memperoleh 10 kebaikan dan dihilangkannya 10 keburukan,serta dinaikan 10 derajat..."(jawahir zadah)

Nabi SAW bersabda kepada Aisyah :hai aisyah,majukanlah hewan kurbanmu dan saksikanlah,sebab sejak tetes pertama darah hewan kurban itu jatuh ke bumi,Allah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu.jawab Aisyah :"apakah hal itu khusus bagi kami ataukah bagi umumnya orang mukmin,ya rosul? beliau menjawab : ya berlaku bagi kami dan umumnya kaum mukmin".
wahab bin munabbih berkata: nabi daud as,berkata"Ya Allah,sebesar apakah pahala orang yang berkurban dari umat nabi muhammad saw?

jawabNya :"aku memberi pahala kepadanya,setiap bulu dari badan hewan kurbannya 10 kebaikan,aku hapus 10 keburukan,serta kunaikan 10 derajat,baginya setiap rambut menjadi gedung di surga,seorang bidadari yang ayu dan kendaraan bersayap berkecepatan tinggi,ia kendaraan ahli surga..."(zahratul riyadl)
Sedikit kutipan dari buku berjudul “Difference for Excellence”. “Untuk menolong si miskin, seseorang tidak perlu menunggu jadi kaya. Untuk menolong orang susah, ia tidak perlu menunggu hidupnya mudah. Untuk menolong orang bodoh, ia tidak perlu menunggu menjadi pintar dulu. Untuk melakukan kebaikan, ia tidak harus menunggu segala sesuatu pada dirinya sempurna dulu. Justru penyempurnaan akan dicapai saat kebaikan itu dijalankan. Penyempurnaan itulah yang akan terus berkembang bersamaan dengan berkembangnya amal kebaikan.”
Satu lagi artikel yang saya kutip dari sebuah website. “Suatu waktu di jaman kuliahnya dulu kawan saya menceritakan berniat akan berQurban karena disuruh oleh orang tuanya. Singkat cerita dia kemudian hunting ke desa-desa untuk mencari kambing buat Qurban. Akhirnya tiba lah dia di sebuah desa di kabupaten Bantul Yogyakarta. Dia mendapati seorang anak desa yatim miskin karena sudah ditinggal mati bapaknya. Anak tersebut punya beberapa ekor kambing yang siap dijual untuk dipakai berQurban. Kawan saya kemudian menceritakan berniat membeli satu ekor kambing yang paling besar diantara kambing lainnya. Tetapi anak tersebut menolak menjualnya. Teman saya kemudian bersikeras mencoba membujuk anak tersebut agar mau menjual kambing yang paling besar tersebut. Tapi anak tersebut tetap bersikeras menolak dan mengatakan: “Silahkan Bapak pilih kambing saya yang lainnya, Pak asal jangan kambing yang paling besar ini.”

Teman saya kemudian menawar: “Berapa harga yang kamu minta untuk kambing yang paling besar ini, Dik? Tolong sebutkan berapa, saya tidak akan nawar dan berapa pun harga yang kau minta saya akan bayar,” tegas kawan saya sedikit memaksa.

Anak tersebut tetap bersikukuh tidak mau menjual kambing yang paling besar tersebut. Selidik punya selidik kawan saya jadi makin penasaran apa yang menjadi alasannya sehingga anak tersebut kekeh, tidak mau menjual kambingnya. Dan inilah alasan anak itu, yang membuat kawan saya jadi tersentak kaget mendengar jawabanya. “Bapak, kambing ini tidak saya jual karena mau saya pakai buat Qurban saya sendiri.”

Betapa terkejutnya kawan saya tersebut mendengar jawaban polos anak tersebut. Anak yang masih kecil, melarat, yang baru menginjak umur belasan tahun, dan masih duduk di bangku kelas 5 SD, yang untuk hidup sehari-hari saja susah, kok ya mau berQurban? Apalagi ini kambing yang paling besar pula, yang tentu saja bagi kebanyakan orang yang mau sedekah tentu merasa eman-eman untuk memakainya buat Qurban. Mending dijual aja buat makan atau biaya hidup lainnya. Toh, dia masih bisa Qurban dengan kambing lainnya yang lebih kecil. Deg! Kawan saya tersebut langsung menangis terharu, tersentuh hatinya mendengar jawaban polos anak tersebut. Jawaban, yang sekali lagi sudah mementahkan pendapat saya dan pendapat dia juga, bahwa berQurban hanya dilakukan oleh orang-orang kaya dan dewasa saja.”
(http://www.diptara.com/2009/11/berqurban-benarkah-hanya-untuk-orang.html#ixzz2gwhlZ436)

Manfaat berqurban
1. Menghidupkan sunnah Nabi ALLAH, Ibrahim a.s.,
2. Mendidik jiwa ke arah taqwa dan mendekatkan diri kepada ALLAH.
3. Mengikis sifat tamak dan mewujudkan sifat murah hatu dan berjihad di jalan ALLAH.
4. Menghapuskan dosa dan mengharap keridhaan ALLAH.
5. Menjalinkan hubungan kasih sayang sesama manusia.

Nah, masih ragukah kita untuk ber-Qurban? Belum terbukakah hati kita untuk berbagi kenikmatan daging kambing atau sapi bersama kaum duafa yang belum menikmatinya? Bila kita mampu membeli daging untuk dikonsumsi sebegitu seringnya, susahkah kita menahannya demi menyisihkan rezeki untuk ber-Qurban. Jika memang merasa masih begitu berat mengorbankan harta yang dititipkan Allah kepada kita untuk ber-Qurban. Mari bergabung dalam iuran Qurban, atau menyisihkan sedikit-demi sedikit hingga di tahun berikutnya mampu ber-Qurban sendiri. Amin.

Sabtu, 28 September 2013

Agar Hari Kita Seperti Ramadhan


Bismillahirohmaanirrohim
Assalamualaikum Wr, Wb
Tidak terasa kita telah ditinggalkan oleh tamu yang teristimewa, yang membawa berkah dan nikmat yang luar biasa, yaitu bulan Ramadhan. Berkah Ramadhan meliputi segala aspek di sekitar pribadi kita masing-masing, suasana yang damai, penuh nikmat, yang jarang kita rasakan dalam bulan-bulan yang lain senantiasa kita rasakan dalam Ramadhan. Allah memberikan kelipatan pahala bagi setiap amalan baik kita, dan Allah membuka lebar pintu maaf-Nya. Nikmat Ramadhan inilah yang mendorong diri kita, membangkitkan keimanan dan ketaqwaan kita sehingga kita rajin dan bersemangat dalam beramal ma,ruf serta menghindari yang munkar. Ini merupakan salah satu nikmat terbaik yang kita dapat di bulan suci Ramadhan. Akan tetapi saat ini, kita telah ditinggalkan oleh bulan penuh berkah ini. Apakah setelah Ramadhan meninggalkan kita, iman dan taqwa kita juga pergi meninggalkan diri kita? Jika kita tetap ingin memiliki keimanan dan ketaqwaan seperti saat bulan, bagaimanakah caranya? Insyaallah berikut salah satu jawabannya yang kami kutip dari ceramah ust.Mustain.
                              

Salah satu kuncinya adalah istiqomah. Istiqomah dalam arti luas yaitu konsisten, rutin dalam melakukan segala sesuatu. Namun dalam konteks ini, istiqomah yang kita maksud adalah istiqomah dalam arti khusus yaitu konsisten, rutin dalam melakukan sesuatu yang baik(ibadah).

Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya. Inilah pengertian istiqomah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali.
Di antara ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)

Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir:
1.      Istiqomah di jalan tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq dan Mujahid,
2.      Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
3.      Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi.
Dan sebenarnya istiqomah bisa mencakup tiga tafsiran ini karena semuanya tidak saling bertentangan.
Ayat di atas menceritakan bahwa orang yang istiqomah dan teguh di atas tauhid dan ketaatan, maka malaikat pun akan memberi kabar gembira padanya ketika maut menjemput[3] “Janganlah takut dan janganlah bersedih“. Mujahid, ‘Ikrimah, dan Zaid bin Aslam menafsirkan ayat tersebut: “Janganlah takut pada akhirat yang akan kalian hadapi dan janganlah bersedih dengan dunia yang kalian tinggalkan yaitu anak, keluarga, harta dan tanggungan utang. Karena para malaikat nanti yang akan mengurusnya.” Begitu pula mereka diberi kabar gembira berupa surga yang dijanjikan. Dia akan mendapat berbagai macam kebaikan dan terlepas dari berbagai macam kejelekan.
Zaid bin Aslam mengatakan bahwa kabar gembira di sini bukan hanya dikatakan ketika maut menjemput, namun juga ketika di alam kubur dan ketika hari berbangkit. Inilah yang menunjukkan keutamaan seseorang yang bisa istiqomah.
Al Hasan Al Bashri ketika membaca ayat di atas, ia pun berdo’a, “Allahumma anta robbuna, farzuqnal istiqomah (Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami. Berikanlah keistiqomahan pada kami).”
Yang serupa dengan ayat di atas adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ, أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaf: 13-14)
Dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah, beliau berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِى فِى الإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَوَفِى حَدِيثِ أَبِى أُسَامَةَ غَيْرَكَقَالَ « قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ ».
“Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ajarkanlah kepadaku dalam (agama) islam ini ucapan (yang mencakup semua perkara islam sehingga) aku tidak (perlu lagi) bertanya tentang hal itu kepada orang lain setelahmu [dalam hadist Abu Usamah dikatakan, "selain engkau"]. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Katakanlah: “Aku beriman kepada Allah“, kemudian beristiqamahlah dalam ucapan itu.” Ibnu Rajab mengatakan, “Wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini sudah mencakup wasiat dalam agama ini seluruhnya.”

Cara Beristiqomah
Istiqomah dapat dilakukan karena kebiasaan, mulai dengan mengerjakan suatu kebaikan tanpa menganggapnya suatu yang berat. Sehingga kebaikan yang dulu dianggap berat menjadi ringan dan terasa mudah untuk diamalkan karena telah menjadi kebiasaan.
Selalu perangi hawa nafsu kita dan syaitan. Jangan memanjakan hawa nafsu dan syaitan. Berjuang, berperang melawan kedua hal tersebut, memaksakan yang baik kepada diri kita sehingga kebaikan itu menjadi kebiasaan dan kebiasaan menjadi perilaku selanjutnya perilaku menjadi karakter, pribadi seseorang. Karakter yang terbentuk merupakan karakter seorang mukmin, yaitu karakter yang ramah, santun, lagi baik hati.


Kiat-kiat agar tetap Istiqomah
1.  Menjiwai Syahadat, Ashadu an laa illaha illAllah wa ashadu anna Muhammadarrosululloh. Syahadat yang bagus adalah hatinya benar-benar tidak menuhankan apapun selain Allah. Kalau sudah bulat hati ke Allah, maka mahluk, harta, kedudukan duniawi, popularitas tidak jadi sandaran. Makanya, setiap orang yang hatinya masih menganggap ada selain Allah yang bisa memberi nikmat, memberi karunia, memberikan manfaat maka amalnya ditujukan untuk sesuatu, ini sulit untuk istiqomah, karena sesuatunya itu akan berhenti juga, bisa berhenti memperhatikan, bisa berhenti memberi, dan sebagainya.

Berkahnya orang istiqomah itu dicintai Allah, selain dijaga malaikat dicintai Allah. Orang yang istiqomah itu kalaupun suatu saat Allah menahannya dari beramal, pahalanya insya Allah dapat. Misalnya kita istiqomah sholat jama’ah, lalu Allah menakdirkan sakit atau hujan lebat, itu pahalanya tetap dapat. Atau kita istiqomah tiap malam tahajud, suatu saat Allah memberikan tidur yang pulas karena capek habis belajar, habis kerja, itu tetap dapat pahala tahajud.

2.  Pelajari ibadah yang membuat kita nyaman dan pelajariilmunya lebih banyak. Ada orang yang mampu menghapal Al Quran dengan baik, ada orang yang bagus tahajudnya, ada yang bagus shaum Senin-Kamis atau shaum Daud-nya kuat, ada yang bagus wiridnya, ada yang bagus sedekahnya. Lakukan ibadah secara bertahap saja karena Allah juga sudah tahu persis keterbatasan kita, yang penting kualitasnya terjaga.

3.  Pelajari dalil(ibadahnya) dengan baik dan amalkan, mencontoh Rasulullah yang saat mau tidur membaca doa, baca ayat Kursi, surat Al- Fatihah, Al- Ikhlas, Al- Falaq, An- Nas, lalu usap ke wajah. Gunanya melakukan itupun untuk keselamatan diri. Atau menjaga wudhu. Ini amalan para kekasih Allah, selalu menjaga diri suci. Siapa tahu nanti waktu sholat masuk kita tidak dapat air, kalau dalam keadaan wudhu kan lebih mudah.

4.  Sering menbaca kisah-kisah orang sholeh yang inspiratif,  kisah para sahabat, ulama atau orang- orang yang memang memiliki ketenangan. Seperti Sayid Qutub yang menjelang wafat, sikapnya tetap tenang, jernih, wajahnya jernih walaupun dipukul, dicabuk, hanya menyebut nama Allah ketika mau diseret ke tiang gantungan.

5Tidak bosan bertaubat. Dengan taubat, nanti hati makin bening, makin adem, makin ajeg, makin banyak yang bisa kita lihat dalam hidup ini. Kalau taubatnya bagus, rezeki nanti kelihatan, jalan keluar juga kelihatan. Persoalan pasti banyak, tapi jangan takut. Tidak ada yang harus kita takuti dengan persoalan kita, sesungguhnya Allah memberi solusi terhadap tiap-tiap persoalan itu minimal dua jalan.

Semoga dengan sedikit ilmu ini kita mampu menjadi sosok pribadi mukmin yang diinginkan Allah SWT dan sesuai tauladan dari junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.



  



Kiat-kiat agar tetap Istiqomah