Bismillahirohmaanirrohim
Assalamualaikum
Wr, Wb
Tidak terasa kita telah ditinggalkan oleh tamu yang
teristimewa, yang membawa berkah dan nikmat yang luar biasa, yaitu bulan
Ramadhan. Berkah Ramadhan meliputi segala aspek di sekitar pribadi kita
masing-masing, suasana yang damai, penuh nikmat, yang jarang kita rasakan dalam
bulan-bulan yang lain senantiasa kita rasakan dalam Ramadhan. Allah memberikan
kelipatan pahala bagi setiap amalan baik kita, dan Allah membuka lebar pintu
maaf-Nya. Nikmat Ramadhan inilah yang mendorong diri kita, membangkitkan
keimanan dan ketaqwaan kita sehingga kita rajin dan bersemangat dalam beramal
ma,ruf serta menghindari yang munkar. Ini merupakan salah satu nikmat terbaik
yang kita dapat di bulan suci Ramadhan. Akan tetapi saat ini, kita telah
ditinggalkan oleh bulan penuh berkah ini. Apakah setelah Ramadhan meninggalkan
kita, iman dan taqwa kita juga pergi meninggalkan diri kita? Jika kita tetap
ingin memiliki keimanan dan ketaqwaan seperti saat bulan, bagaimanakah caranya?
Insyaallah berikut salah satu jawabannya yang kami kutip dari ceramah
ust.Mustain.
Salah satu kuncinya adalah
istiqomah. Istiqomah dalam arti luas yaitu konsisten, rutin dalam melakukan
segala sesuatu. Namun dalam konteks ini, istiqomah yang kita maksud adalah
istiqomah dalam arti khusus yaitu konsisten, rutin dalam melakukan sesuatu yang
baik(ibadah).
Yang dimaksud istiqomah adalah
menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun
ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada
Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya. Inilah
pengertian istiqomah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali.
Di antara ayat yang menyebutkan
keutamaan istiqomah adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian
mereka istiqomah
pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):
“Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah
kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.”
(QS. Fushilat: 30)
Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir:
1.
Istiqomah di jalan tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu
Bakr Ash Shidiq dan Mujahid,
2.
Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah,
sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
3.
Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput,
sebagaimana dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi.
Dan sebenarnya istiqomah bisa mencakup tiga tafsiran ini karena
semuanya tidak saling bertentangan.
Ayat di atas menceritakan bahwa orang yang istiqomah dan teguh
di atas tauhid dan ketaatan, maka malaikat pun akan memberi kabar gembira
padanya ketika maut menjemput[3] “Janganlah takut dan janganlah bersedih“.
Mujahid, ‘Ikrimah, dan Zaid bin Aslam menafsirkan ayat tersebut: “Janganlah
takut pada akhirat yang akan kalian hadapi dan janganlah bersedih dengan dunia
yang kalian tinggalkan yaitu anak, keluarga, harta dan tanggungan utang. Karena
para malaikat nanti yang akan mengurusnya.” Begitu pula mereka diberi kabar
gembira berupa surga yang dijanjikan. Dia akan mendapat berbagai macam kebaikan
dan terlepas dari berbagai macam kejelekan.
Zaid bin Aslam mengatakan bahwa kabar gembira di sini bukan
hanya dikatakan ketika maut menjemput, namun juga ketika di alam kubur dan
ketika hari berbangkit. Inilah yang menunjukkan keutamaan seseorang yang bisa
istiqomah.
Al Hasan Al Bashri ketika membaca ayat di atas, ia pun berdo’a, “Allahumma anta robbuna, farzuqnal istiqomah (Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami. Berikanlah keistiqomahan pada kami).”
Al Hasan Al Bashri ketika membaca ayat di atas, ia pun berdo’a, “Allahumma anta robbuna, farzuqnal istiqomah (Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami. Berikanlah keistiqomahan pada kami).”
Yang serupa dengan ayat di atas adalah firman Allah subhanahu
wa ta’ala,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ, أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ, أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah
Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka
itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas
apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaf: 13-14)
Dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah, beliau
berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِى فِى الإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ – وَفِى حَدِيثِ أَبِى أُسَامَةَ غَيْرَكَ – قَالَ « قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ ».
يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِى فِى الإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ – وَفِى حَدِيثِ أَبِى أُسَامَةَ غَيْرَكَ – قَالَ « قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ ».
“Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ajarkanlah kepadaku dalam (agama) islam ini ucapan (yang mencakup semua perkara
islam sehingga) aku tidak (perlu lagi) bertanya tentang hal itu kepada orang
lain setelahmu [dalam hadist Abu Usamah dikatakan, "selain
engkau"]. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Katakanlah: “Aku beriman kepada Allah“,
kemudian beristiqamahlah dalam ucapan itu.” Ibnu Rajab mengatakan,
“Wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini sudah mencakup
wasiat dalam agama ini seluruhnya.”
Cara
Beristiqomah
Istiqomah dapat dilakukan karena
kebiasaan, mulai dengan mengerjakan suatu kebaikan tanpa menganggapnya suatu
yang berat. Sehingga kebaikan yang dulu dianggap berat menjadi ringan dan
terasa mudah untuk diamalkan karena telah menjadi kebiasaan.
Selalu perangi hawa nafsu kita dan
syaitan. Jangan memanjakan hawa nafsu dan syaitan. Berjuang, berperang melawan
kedua hal tersebut, memaksakan yang baik kepada diri kita sehingga kebaikan itu
menjadi kebiasaan dan kebiasaan menjadi perilaku selanjutnya perilaku menjadi
karakter, pribadi seseorang. Karakter yang terbentuk merupakan karakter seorang
mukmin, yaitu karakter yang ramah, santun, lagi baik hati.
Kiat-kiat
agar tetap Istiqomah
1. Menjiwai
Syahadat, Ashadu an laa illaha illAllah wa ashadu anna
Muhammadarrosululloh. Syahadat yang bagus adalah hatinya
benar-benar tidak menuhankan apapun selain Allah. Kalau sudah bulat hati ke
Allah, maka mahluk, harta, kedudukan duniawi, popularitas tidak jadi sandaran.
Makanya, setiap orang yang hatinya masih menganggap ada selain Allah yang bisa
memberi nikmat, memberi karunia, memberikan manfaat maka amalnya ditujukan
untuk sesuatu, ini sulit untuk istiqomah, karena sesuatunya itu akan berhenti
juga, bisa berhenti memperhatikan, bisa berhenti memberi, dan sebagainya.
Berkahnya orang istiqomah itu dicintai Allah, selain dijaga
malaikat dicintai Allah. Orang yang istiqomah itu kalaupun suatu saat Allah
menahannya dari beramal, pahalanya insya Allah dapat. Misalnya kita istiqomah
sholat jama’ah, lalu Allah menakdirkan sakit atau hujan lebat, itu pahalanya
tetap dapat. Atau kita istiqomah tiap malam tahajud, suatu saat Allah
memberikan tidur yang pulas karena capek habis belajar, habis kerja, itu tetap
dapat pahala tahajud.
2. Pelajari
ibadah yang membuat kita nyaman dan pelajariilmunya lebih banyak.
Ada orang yang mampu menghapal Al Quran dengan baik, ada orang yang bagus
tahajudnya, ada yang bagus shaum Senin-Kamis atau shaum Daud-nya kuat, ada yang
bagus wiridnya, ada yang bagus sedekahnya. Lakukan ibadah secara bertahap saja
karena Allah juga sudah tahu persis keterbatasan kita, yang penting kualitasnya
terjaga.
3. Pelajari dalil(ibadahnya) dengan baik dan amalkan, mencontoh
Rasulullah yang saat mau tidur membaca doa, baca ayat Kursi, surat Al- Fatihah,
Al- Ikhlas, Al- Falaq, An- Nas, lalu usap ke wajah. Gunanya melakukan itupun
untuk keselamatan diri. Atau menjaga wudhu. Ini amalan para kekasih Allah,
selalu menjaga diri suci. Siapa tahu nanti waktu sholat masuk kita tidak dapat
air, kalau dalam keadaan wudhu kan lebih mudah.
4. Sering
menbaca kisah-kisah orang sholeh yang inspiratif, kisah para sahabat, ulama atau
orang- orang yang memang memiliki ketenangan. Seperti Sayid Qutub yang
menjelang wafat, sikapnya tetap tenang, jernih, wajahnya jernih walaupun
dipukul, dicabuk, hanya menyebut nama Allah ketika mau diseret ke tiang
gantungan.
5. Tidak bosan bertaubat. Dengan
taubat, nanti hati makin bening, makin adem, makin ajeg, makin banyak yang bisa
kita lihat dalam hidup ini. Kalau taubatnya bagus, rezeki nanti kelihatan,
jalan keluar juga kelihatan. Persoalan pasti banyak, tapi jangan takut. Tidak
ada yang harus kita takuti dengan persoalan kita, sesungguhnya Allah memberi
solusi terhadap tiap-tiap persoalan itu minimal dua jalan.
Semoga dengan sedikit ilmu ini kita mampu menjadi sosok
pribadi mukmin yang diinginkan Allah SWT dan sesuai tauladan dari junjungan
kita Rasulullah Muhammad SAW.
Kiat-kiat agar tetap Istiqomah